![]() |
Presiden Prabowo selamatkan Rp 300 triliun dari APBN dan tegaskan komitmen berantas korupsi di semua lembaga pemerintahan. (Foto: Biro Pers Presiden) |
Solidaritas.Online - Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, menegaskan komitmennya untuk memimpin langsung upaya pemberantasan korupsi dan penyelewengan di seluruh jajaran eksekutif serta pemerintahan.
Dalam Pidato Kenegaraan di Gedung MPR/DPR/DPD, Jakarta, Jumat (15/8), Prabowo menyoroti bahwa praktik korupsi masih kerap terjadi di berbagai tingkatan birokrasi dan institusi negara, mulai dari kementerian hingga BUMN dan BUMD.
“Ini bukan fakta yang harus kita tutup-tutupi,” tegas Prabowo.
Presiden mengungkapkan, selama 299 hari masa pemerintahannya, pemerintah telah melakukan langkah konkret untuk mencegah potensi penyalahgunaan anggaran negara.
“Saya tidak ada pilihan lain selain memimpin upaya pemberantasan korupsi dan penyelewengan di semua lembaga eksekutif dan pemerintah. Itulah sebabnya pada awal 2025 ini kami telah identifikasi dan telah selamatkan Rp 300 triliun uang dari APBN yang kami lihat rawan diselewengkan,” ujarnya.
Menurut Prabowo, dana tersebut berhasil diselamatkan dari berbagai pos anggaran yang rawan korupsi, seperti anggaran perjalanan dinas dalam dan luar negeri, pembelian alat tulis kantor, hingga pengeluaran lain yang selama ini kerap menjadi celah penyelewengan.
“Di antaranya anggaran perjalanan dinas luar dan dalam negeri yang begitu besar, anggaran alat tulis kantor yang begitu besar, dan berbagai anggaran yang selama ini jadi sumber korupsi dan sumber bacaan,” tambahnya.
Langkah efisiensi ini, kata Prabowo, sejalan dengan perintah konstitusi.
“Efisiensi ini diperintah oleh UUD kita yaitu ayat 4 pasal 33 UUD Negara Republik Indonesia. 300 triliun kami geser untuk hal-hal yang lebih produktif dan langsung bisa dirasakan rakyat banyak,” jelasnya.
Prabowo menekankan, pemberantasan korupsi harus diawali dari kesediaan bangsa untuk mengakui kelemahan dan kesalahan sendiri.
"Bangsa Indonesia harus berani melihat kekurangan-kekurangan sendiri, harus berani melihat kesalahan-kesalahan kita sendiri, harus berani melihat penyakit-penyakit yang ada di tubuh kita agar kita bisa perbaiki. Tanpa mau mengakui, tidak mungkin kita mampu memperbaiki,” tegas Presiden.