![]() |
Foto Presiden Amerika Donald Trums |
Solidaritas.Online - Gencatan senjata antara Israel dan Iran, yang dimulai 24 Juni 2025, merupakan hasil tekanan keras Donald Trump terhadap Israel.
Trump memperingatkan Netanyahu untuk menghentikan serangan ke Iran pasca-pemboman AS ke tiga fasilitas nuklir Iran pada 22 Juni.
Meski Trump mengklaim serangan AS menghancurkan Fordow, Natanz, dan Isfahan, menyebut bom hanya merusak pintu masuk terowongan, khususnya di Fordow, tanpa menghantam instalasi inti.
Iran membantah kerusakan signifikan, dengan otoritas Qom melaporkan serangan hanya mengenai perimeter Fordow.
Wahyu Hidayat, pendiri Spirit Binokasih, mengapresiasi Trump. "Secara politis semua berpendapat dia ke-Israel-an sekali. Kalau sampai ga tegas kali ini, mau ditaruh dimana mukanya?" ujarnya.
Wahyu menilai ketegasan Trump mencegah eskalasi, terutama saat ia menolak usulan Israel membunuh Ayatollah Ali Khamenei. Namun, Wahyu menyoroti Gaza, di mana Israel terus menjalankan "perangkap maut" dengan menembaki warga sipil.
Serangan Israel ke kamp pengungsi dan truk bantuan di Gaza menewaskan 50 orang dalam tiga hari terakhir, meski gencatan senjata dengan Iran berlaku. PBB melaporkan 66% infrastruktur Gaza hancur, memperburuk krisis kemanusiaan.
Netanyahu pusing menghadapi 39.000 warga Israel yang menuntut kompensasi akibat serangan rudal Iran ke Beersheba dan sekitarnya.
Serangan ini merusak pemukiman dekat fasilitas militer, menyebabkan kerugian material dan trauma massal. Klaim ini membebani anggaran Israel, yang sudah tertekan akibat perang di Gaza dan Lebanon. Publik Israel semakin marah, menuduh pemerintah gagal melindungi mereka.
Wahyu menegaskan dunia harus kembali melihat Gaza. "Kekejaman Israel menembaki warga kelaparan tak boleh dibiarkan," katanya.
Sebagai warga Jawa Barat, ia bersyukur Iran tidak menutup Selat Hormuz, yang mengangkut 20% minyak dunia. Penutupan Hormuz bisa memicu krisis energi, memukul ekonomi Indonesia.
Namun, ia meminta kewaspadaan. "Kita harus antisipasi kemungkinan terburuk," ujarnya. Gencatan senjata ini rapuh, dengan Israel dan Iran saling tuduh melanggar kesepakatan.
Trump harus terus menekan kedua pihak, sementara keadilan untuk Palestina tetap harus menjadi sorotan global. "Free Palestine!" ujar Wahyu.
(Why)