![]() |
Komunitas Jalan Pagi Sejarah (JAPAS) dari DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, dan DIY/dok: JAPAS |
Solidaritas.Online - Komunitas Jalan Pagi Sejarah (JAPAS) dari DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, dan DIY menggelar napak tilas “Eksotik Purwakarta”, menelusuri warisan sejarah Purwakarta.
Rombongan mengawali kunjungan di Bale Sri Baduga (eks Gedung Karesidenan), peninggalan kolonial Belanda era 1830-an, dilanjutkan ke Gedong Nagara dan Pendopo Pemkab Purwakarta (1850-an).
Mereka juga berziarah ke Makam Syekh Baing Yusuf dan Masjid Agung Baing Yusuf, masjid tertua Purwakarta sejak 1826.
Berjalan kaki, rombongan menikmati Bale Indung Rahayu, Diorama Panyawangan, dan Diorama Nusantara—karya ikonis Dedi Mulyadi—sebelum menutup di Galeri Menong, sentra UMKM Purwakarta.
Dipandu Aa Komara, aktivis reformasi, kegiatan ini terselenggara atas rekomendasi keluarga Dalem Sholawat (R.A.A. Suriawinata), pendiri Purwakarta sekaligus Bupati Bogor (1849).
Wahyu Hidayat dari Spirit Binokasih, meski absen karena tugas luar pulau, menyerukan penguatan konektivitas Purwakarta, Kota Bogor, dan Kabupaten Bogor.
“Sejarah adalah fondasi. Kini, kita perlu sinergi di wisata, pendidikan, pertanian dan sebagainya untuk peningkatan perekonomian masyarakat.” katanya.
Aa Komara menggagas dibuatnya kartu digital bersama, memberikan potongan harga di UMKM dan destinasi wisata tiga kota, mendorong kunjungan berkelanjutan.
Abdullah Batarfie dari JAPAS menegaskan ikatan Purwakarta-Bogor melalui Dalem Sholawat dan Raden Ipik Gandamanah, tokoh Purwakarta yang jadi pejabat tinggi RI.
"Ketiga kota ini bukan sekadar tetangga, tapi saudara yang dikuatkan oleh sejarah bersama." Ungkapnya.
Mari! Wujudkan Sister City yang menggerakkan ekonomi dan silaturahmi Kabupaten Purwakarta, Kota Bogor dan Kabupaten Bogor.