![]() |
Foto Mao Zedong-tokoh/Facebook |
Solidaritas.Online - Mao Zedong (1893-1976) adalah seorang revolusioner komunis Tiongkok yang merupakan pendiri Republik Rakyat Tiongkok
Mao Zedong selain dikenal sebagai seorang revolusioner, ahli strategi militer, filsuf, juga dikenal sebagai seorang sastrawan.
Sejak dahulu, para pemimpin di Tiongkok memang biasanya harus pandai dalam strategi perang, sastra dan filsafat. Bakat inilah yang ada pada diri Mao.
Tidak heran kalau sampai sekarang, Mao sangat dihormati dan dipuja oleh rakyat Tiongkok, bahkan lawan politiknya pun mengakui itu.
Chiang Kai-shek pada suatu hari pernah mengatakan kepada putranya, “Kalau ingin belajar strategi perang belajarlah dari Mao Zedong.” Presiden Richard M. Nixon, presiden Amerika Serikat yang antikomunis ketika mengunjungi Republik Rakyat Tiongkok di tahun 1972 sangat mengagumi dengan kecerdasan Mao dalam bidang filsafat dan sastra.
Menurutnya, Mao sangat brilian dalam hal menjelaskan dan mengartikan sebuah karya sastra seperti puisi atau sajak. Nixon ketika itu mengatakan bahwa Ia telah menjadi murid Mao Zedong.
Sajak-sajak Mao Zedong menuturkan kembali epos perjuangan yang dijalani oleh Partai Komunis Tiongkok dibawah kepemimpinan Mao menuju pembebasan Rakvat Tiongkok dari sistem Setengah Feodal dan Setengah Jajahan.
Pembaca seakan-akan ikut diajak untuk menyaksikan perjuangan klas yang mahadahsyat di bumi para naga melalui untaian kata-kata yang indah dan revolusioner.
Sebagaimana dengan karya-karya Mao lainnya, sajak-sajak karya Mao Zedong sangat dipengaruhi oleh sastra klasik Tiongkok, khususnya dari para sastrawan Tiongkok di jaman dinasti Tang seperti Li Bai, Li Shangyin, dan Li He.
Namun, sajak-sajak Mao yang lebih bersifat romantis sangat kontras dengan sajak-sajak karya Du Fu, sastrawan besar di jaman dinasti Tang. Pengaruh lainnya adalah berasal dari Barat yaitu Marxisme.
Perpaduan antara Timur dan Barat inilah yang menjadi ciri khas dari karya-karya Mao.
Sajak-sajak Mao Zedong tidak pernah mati dan lekang di makan jaman.
Buktinya, pada saat menjelang Olimpiade 2012 di London, untuk membangkitkan kembali kemenangan Timnas Bolavoli RRT, sebagian atlitnya diwajibkan untuk mengkaji sajak-sajak Mao.
Mereka berharap semangat Tentara Pembebasan Rakyat yang tdak gentar dengan segala kesulitan yang dihadapi dalam Mars Jauh, bisa menjadi semangat dan lecutan dalam menghadapi Olimpiade 2012.
Bahkan sampai sekarang, tajak-sajak Mao Zedong masih banyak dikutip dalam kebudayaan popular, literatur dan percakapanpercakapan sehari-hari dan telah diterjemahkan kedalam berbagai bahasa dunia seperti bahasa Inggris, Rusia, Perancis, Jerman, Jepang, India, Yunani, Indonesia dan lainnya.
Tidak heran kalau, buku-bukunya termasuk kedalam salah satu buku terlaris sedunia dan sangat berpengaruh terhadap perubahan dunia kontemporer.
Walaupun, Barat mengejek sajak-sajak Mao Zedong sebagai karya terbaik dibandingkan lukisan yang dibuat Hitler tetapi masih kalah baik dibandingkan Churchill.
Namun, apabila kita mempelajari sastra dan literatur Tiongkok, maka kita akan bisa mengatakan bahwa Sajaksajak Mao Zedong termasuk sebagai karya sastra terbaik di abad ke-20.