Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Kudeta CIA 1954: Demokrasi Guatemala Digulingkan Demi Kepentingan Korporasi

20 Juni 2025 | 00:24 WIB | 0 Views Last Updated 2025-06-19T17:24:38Z
 
Gambar Ilustrasi

Solidaritas.Online - Dilansir dari akun Instagram @arahjuang, pada 18 Juni 1954, CIA melancarkan kudeta pertama AS di Amerika Latin menggulingkan Jacobo Arbenz Guzman, presiden Guatemala yang terpilih secara demokratis pada pemilu 1951. 

CIA mempersenjatai, mendanai dan melatih 480 orang pasukan yang dipimpin oleh Kolonel Carlos Castillo Armas. Mendukungnya dengan perang psikologis, termasuk siaran radio yang menyebarluaskan propaganda anti pemerintah dan berita-berita bohong, blokade laut dan bombardir Kota Guatemala.

Jacobo Arbenz Guzman melakukan reforma agraria dengan mendistribusikan tanah menganggur pada petani. 

Persoalan kontrol dan kepemilikan tanah sangatlah penting di Guatemala karena hampir tidak ada industri, 2% tuan tanah memiliki 72% tanah subur dengan hanya sebagian kecilnya ditanami sedangkan 80% penduduk kesulitan bertahan hidup di pedesaan dan lebih dari 70% buta huruf.

Pada 1952, Arbenz mengesahkan Dekrit 900 yang mengambilalih kepemilikan tanah yang lebih besar dari ±240 ha dan tidak ditanami untuk dibagi ke petani yang tak bertanah. 

Program ini sebenarnya tidak radikal, dari 341 ribu tuan tanah hanya 1.700 kepemilikan yang masuk kategori. Namun itu mewakili setengah dari tanah privat dan sebagian besar dimiliki oleh United Fruit Company (sekitar 240 ribu ha tanah yang menganggur). 

Arbenz menawarkan kompensasi 1,2 juta USD sesuai nilai pajak yang diumumkan akuntan United Fruit sebelum keluar Dekrit. DepLu AS dan United Fruit meminta 16 juta USD dan ditolak. MenLu AS, John Foster Dulles dan saudaranya Direktur CIA, Allen Dulles adalah mitra firma hukum utama United Fruits di Washington.

Rezim Castillo segera memberangus lebih dari 500 serikat buruh dan mengembalikan lebih dari 607 ribu ha ke United Fruit dan tuan tanah besar lainnya. 

Demokrasi di Guatemala hancur dan selama empat dekade rakyat Guatemala berada dalam teror rezim militer. Guatemala menjadi tempat perang sipil terpanjang dan paling berdarah di Amerika Tengah. Diperkirakan lebih dari 200 ribu orang dibunuh hingga 1996. 

Sekitar 83%nya adalah masyarakat adat suku Maya dan 93% kejahatan kemanusiaan dilakukan oleh rezim militer di Guatemala.

×
Berita Terbaru Update