Solidaritas.Online - Donald Trump marah besar. Gencatan senjata yang ia umumkan untuk mengakhiri konflik Iran-Israel pada 23 Juni 2025 dilanggar Israel hanya dalam hitungan jam.
Dalam pernyataannya di Truth Social, Trump menyebut kesepakatan itu “gencatan senjata total” yang akan mengakhiri “Perang 12 Hari.”
Namun, Israel menuduh Iran meluncurkan rudal, meski Teheran membantah keras. Trump memperingatkan Israel agar tidak mengacaukannya, didukung Wakil Presiden J.D. Vance yang menegaskan AS tak ingin perang berkepanjangan.
Sebelum insiden ini, Trump justru memuji Iran. Setelah AS mengebom tiga situs nuklir Iran pada 22 Juni 2025, Iran memberi sinyal akan menyerang Pangkalan Al Udeid di Qatar, memungkinkan AS mengevakuasi pangkalan tanpa korban.
Trump menyebutnya “serangan lemah” yang menunjukkan itikad damai Iran. Namun, Wahyu Hidayat, pendiri Spirit Binokasih, menilai Israel sengaja mempermalukan Trump.
Ia menuduh Israel memanfaatkan bantuan kemanusiaan sebagai jebakan, menembaki warga sipil Gaza yang mengantre makanan, memperparah krisis kemanusiaan
Di AS, Trump terjepit. Pendukung MAGA seperti Steve Bannon menolak keterlibatan AS, menyebutnya bertentangan dengan “America First”.
Sementara itu, ancaman Iran menutup Selat Hormuz mengguncang pasar minyak global. Penutupan ini bisa memicu krisis energi di Indonesia, menaikkan harga BBM dan barang pokok. Indonesia, yang mengecam serangan Israel bersama negara-negara lain juga harus bersiap menghadapi inflasi dan gangguan logistik.
Jawa Barat, sebagai jantung ekonomi Indonesia, harus bersiap. Wahyu Hidayat berharap Pemerintah pusat dan daerah dapat segera melakukan langkah antisipatif Masyarakat Jawa Barat harus bersiap.
Mulai dari berhemat, mengurangi ketergantungan pada bahan bakar, hingga mendukung produk lokal untuk mengurangi dampak impor.
Pemerintah daerah juga harus membuka saluran komunikasi dengan pelaku industri untuk memitigasi risiko PHK.
Krisis ini adalah ujian ketahanan kita. Jika tidak disikapi serius, Jawa Barat bisa terjebak dalam badai ekonomi. Krisis ini mengingatkan bahwa ketangguhan lokal adalah kunci menghadapi badai global.
(Why)