![]() |
Sebanyak 69 rumah hancur, jalan desa terisolasi, dan fasilitas umum seperti masjid tak lagi utuh. |
Solidaritas.Online - Tragedi pergeseran tanah di Desa Pasir Munjul, Sukatani, Purwakarta, telah merenggut kehidupan normal 83 keluarga atau 256 jiwa.
Sebanyak 69 rumah hancur, jalan desa terisolasi, dan fasilitas umum seperti masjid tak lagi utuh. Menurut laporan BPBD Purwakarta, bencana yang terjadi sejak akhir Mei 2025 ini dipicu oleh kombinasi tanah labil dan hujan deras, menjadikannya salah satu krisis geologis terburuk dalam dua dekade terakhir di wilayah ini. Namun, di tengah duka, muncul polemik yang memperkeruh suasana.
Polemik dipicu pernyataan Kepala Desa Pasir Munjul usai kunjungan kerja Wakil Ketua DPRD Jawa Barat, Ono Surono, pada 16 Juni 2025. Kades mengaku “disuruh” Ono untuk mengkritik Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi (KDM), atas penanganan bencana yang dianggap lamban.
Pernyataan ini memicu kemarahan netizen yang menuding Ono mempolitisasi bencana. Dalam klarifikasinya, Ono membantah keras tuduhan tersebut, menegaskan bahwa ia hanya meminta Kades menyampaikan kebutuhan warga.
“Saya tidak pernah menyuruh siapa pun menyerang pihak lain. Ini murni soal kemanusiaan,” tegas Ono dalam wawancara dengan media lokal.
Bupati Purwakarta, Saepul Bahri Binzein (Om Zein), bersama DPRD, bergerak cepat untuk meredam konflik. Pada 16 Juni 2025, Om Zein menetapkan status tanggap darurat dan menyiapkan relokasi warga ke lahan PTPN, yang dinilai lebih aman berdasarkan kajian PVMBG.
BNPB turut mendukung dengan logistik dan pendanaan, sementara desain rumah panggung di lokasi baru diharapkan mampu menahan risiko bencana serupa. Om Zein menegaskan, “Kami tidak ingin warga terus hidup dalam ketakutan.”
KDM, pada kunjungannya ke Pasir Munjul pada 18 Juni 2025, menyerahkan bantuan Rp10 juta per keluarga untuk kebutuhan kontrakan selama proses relokasi dengan total 850 juta rupiah.
Ia juga menyatakan keyakinannya pada Om Zein untuk memimpin penanganan bencana, sembari menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah provinsi dan kabupaten. “Purwakarta kuat, dan kami di provinsi akan dukung penuh,” ujar KDM di hadapan warga.
Wahyu Hidayat, pendiri Spirit Binokasih, memuji langkah Om Zein dan KDM, namun mengingatkan agar warga konsisten menempati lokasi relokasi baru di lahan PTPN, yang lebih dekat dengan mata pencaharian mereka dibandingkan lokasi relokasi sebelumnya yang banyak ditinggalkan.
“Pemerintah harus pastikan warga nyaman, dan warga juga harus berkomitmen. Semoga kolaborasi ini membawa solusi cepat,” ujar Wahyu. Menurut PVMBG, zona bencana Pasir Munjul tidak lagi aman untuk ditinggali, sehingga relokasi adalah langkah krusial.
Polemik politik tidak boleh mengalihkan perhatian dari urgensi penanganan bencana. Warga Pasir Munjul membutuhkan aksi nyata seperti yang ditunjukkan om Zein dan KDM, bukan debat yang memperpanjang penderitaan.
Kolaborasi lintas pemerintahan dan komitmen warga menjadi kunci untuk membangun kembali harapan di Pasir Munjul.
(Why)