Solidaritas.Online - Haru bahagia menyelimuti Marhani, seorang ibu rumah tangga yang sehari-hari bekerja sebagai pengupas bawang dengan upah Rp1.000 per kilogram.
Ia kini bisa bernapas lega setelah anaknya, Muhammad Raihan Firmansyah, diterima di Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 26 Makassar.
Program Sekolah Rakyat yang digagas Presiden RI Prabowo Subianto itu sepenuhnya menanggung kebutuhan pendidikan siswa, mulai dari biaya sekolah, asrama, hingga makan bergizi setiap hari.
“Merasa terima kasih sekali ada Sekolah Rakyat begini. Alhamdulillah, bersyukur sekali dengan anak saya sekolah di sana. Setidaknya mengurangi sedikit (beban ekonomi), bukan beban sehari-hari, karena semua di sana ditanggung. Ya, berkah buat keluarga kami, buat Raihan terutama,” kata Marhani saat ditemui di rumahnya di Makassar, Jumat (11/9).
Hidup dari Mengupas Bawang
Marhani mengaku, selama ini dirinya bersama anak-anak sering membantu mengupas bawang di rumah untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
“Bantu-bantu saya. Kalau misalnya ada bawang masuk, yang pergi angkut rumahnya bos, baru dibawa ke rumah. Setelah itu bersih, dibawa lagi ke sana, ditimbang,” tuturnya.
Sementara suaminya bekerja membuka bengkel tambal ban. Namun, penghasilannya tidak menentu karena belakangan sepi pelanggan.
Raihan Kini Bisa Sekolah dan Punya Cita-Cita Baru
Dengan suara bergetar, Marhani menuturkan rasa syukurnya karena anaknya bisa melanjutkan pendidikan dan kembali menatap masa depan. Ia bahkan terharu saat mendengar cita-cita baru Raihan yang ingin menjadi polisi.
“Belajar yang baik, semoga cita-citamu tercapai,” ucap Marhani sambil berkaca-kaca.
Ia pun berterima kasih kepada Presiden Prabowo yang menurutnya telah menghadirkan solusi pendidikan untuk masyarakat kecil.
“Harapan saya ini sama Pak Prabowo, mudah-mudahan tepat sasaran lagi. Karena masih banyak lagi di luar sana yang seperti kami, yang ingin bersekolah, tapi karena biaya tidak mampu. Terima kasih, Pak. Terima kasih, Pak Prabowo,” lanjutnya.
Raihan: “Saya Tidak Kebayang Bisa Sekolah Lagi”
Raihan mengaku sempat pesimis bisa sekolah kembali karena kondisi ekonomi keluarga yang sulit.
“Saya tidak kebayang akan sekolah lagi, karena memang keadaan ekonomi keluarga saya lagi sulit,” ucap Raihan.
Kini, meski tak lagi bisa membantu ibunya mengupas bawang, Raihan merasa bahagia karena bisa belajar di lingkungan yang mendukung.
Ia tinggal di asrama dengan fasilitas lengkap, mendapat makanan bergizi, dan bisa mengikuti ekstrakurikuler badminton, olahraga favoritnya.
“Bagus. Lengkap, ada meja belajar, kipas, tempat tidur nyaman,” katanya.
Dulu bercita-cita menjadi dokter, kini Raihan ingin menjadi polisi agar bisa menjaga keamanan masyarakat.
“Polisi. Supaya bisa menangkap orang kriminal,” tegasnya.