Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

 


Indeks Berita

Pengeritik Program Kang Dedi Mulyadi Diminta Berhenti Menyinyir dan Melemahkan Inisiatif Pembinaan Anak

05 Juni 2025 | 15:32 WIB | 0 Views Last Updated 2025-06-05T08:38:56Z
 
Foto; Wahyu Hidayat ketua exco Partai Buruh kabupaten purwakarta

Solidaritas.Online - Wahyu Hidayat, pendiri Gerakan Spirit Binokasih, dengan tegas mengecam sikap pengeritik yang menyinyir dan berupaya melemahkan program pembinaan anak inisiasi Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, melalui media. 

Menurut Wahyu, tuduhan bahwa program ini dangkal justru mencerminkan pola pikir kaku yang gagal menangkap visi jangka panjang. 

“Pengeritik jangan asal menyinyir di media untuk mencari sensasi. Program ini viral karena membuka mata semua pihak—keluarga, sekolah, hingga masyarakat—untuk bercermin dan memperbaiki peran masing-masing dalam membina anak,” tegas Wahyu, Kamis (5/6/25). 

Program pembinaan karakter ala Kang Dedi, yang melibatkan barak militer untuk siswa bermasalah, menuai pro-kontra. Namun, Wahyu menilai kritik yang hanya berfokus pada pendekatan militeristik tanpa solusi alternatif justru kontraproduktif. 

Data JPPI (2024) menunjukkan 65% kenakalan remaja di Jawa Barat berakar dari lingkungan keluarga dan minimnya kegiatan positif. Ubaid dari JPPI menambahkan, “Masalah disiplin remaja seringkali terkait kondisi sosial ekonomi, kesehatan mental, dan kurangnya alternatif kegiatan. Kebijakan harus holistik, melibatkan psikolog, sosiolog, orang tua, dan anak itu sendiri."

Wahyu menegaskan, program ini bukan militerisasi siswa, melainkan upaya membangun disiplin dan karakter dengan melibatkan TNI, Polri, dan guru, yang dimulai 2 Mei 2025 di wilayah rawan seperti Purwakarta dan Bandung. BPS Jabar (2024) mencatat, 30% remaja urban kekurangan akses kegiatan ekstrakurikuler, memperparah risiko kenakalan. “Pengeritik harusnya tawarkan solusi, bukan melemahkan inisiatif yang sudah disetujui orang tua dan didukung rakyat Jabar,” ujar Wahyu, menukil respons positif di media sosial. 

Ubaid dari JPPI mengeritik dan memperingatkan, kebijakan terkait jam malam siswa yang diterapkan tanpa pendekatan menyeluruh berisiko menciptakan masalah baru, tidak menyentuh substansi, hanya memindahkan masalah dari publik ke ranah bahaya medsos, privasi.

Menanggapi hal tersebut Wahyu berpendapat bahwa apa yang diinginkan para kritikus yang bersifat konstruktif seyogyanya dapat berjalan paralel. "Program pembinaan anak-anak di Jawa Barat yang meskipun hanya melalui Surat Edaran dan dianggap kontroversial bagi sebagian orang faktanya viral serta telah memicu kesadaran kolektif untuk menangani kenakalan remaja secara serius." ujarnya. 

Program-program Kang Dedi Mulyadi telah memicu polarisasi di tengah publik. Menjadi pembahasan dan sedikit banyak telah menyajikan ruang diskusi yang semakin mendewasakan masyarakat sekaligus menenggelamkan para pembenci yang menyerang dengan membabi buta.
×
Berita Terbaru Update