Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Iran Tutup Selat Hormuz? Jawa Barat Harus Bersiap Hadapi Krisis Ekonomi dan Sosial

24 Juni 2025 | 06:30 WIB | 0 Views Last Updated 2025-06-23T23:30:00Z
Foto ilustrasi: Ancam krisis di depan mata, imbasnya akan berdampak terhadap negara-negara berkembang. 

Solidaritas.Online - Ketegangan di Timur Tengah mencapai titik kritis. Iran meluncurkan serangan rudal ke pangkalan militer AS di Qatar dan Irak sebagai respons atas serangan AS ke fasilitas nuklir Iran pada 21 Juni 2025. 

Di laut, milisi Houthi Yaman, sekutu Iran, menyerang tanker minyak Amerika, memperumit lalu lintas maritim di Teluk Persia.

Paling mengkhawatirkan, parlemen Iran mendukung penutupan Selat Hormuz, jalur yang mengalirkan 20 juta barel minyak per hari—20% dari pasokan minyak dunia. 

Meski keputusan akhir ada di tangan Dewan Keamanan Nasional Iran, ancaman ini telah membuat dua supertanker berbalik arah dan harga minyak melonjak lebih dari 4% pada 23 Juni 2025.

Wahyu Hidayat, pendiri Spirit Binokasih, memperingatkan bahwa perang Iran-Israel ini bukan sekadar konflik regional. 

“Perang akan memakan korban jiwa, tetapi dampak ekonominya akan menghantam rakyat kecil, termasuk di Jawa Barat,” ujarnya.

Penutupan Selat Hormuz akan mengganggu ekspor minyak dari Arab Saudi, Kuwait, Irak, dan LNG dari Qatar, yang menyumbang 20% pasokan gas alam dunia. 

Harga minyak berpotensi naik 30-50%, memicu inflasi global dan kenaikan harga barang pokok. Indonesia, sebagai importir minyak, akan terpukul keras, terutama Jawa Barat yang menjadi jantung perekonomian nasional. 

Jawa Barat menghadapi ancaman serius. Sektor industri, yang menyumbang 43% PDRB provinsi, bergantung pada energi dan bahan baku impor. 

Kenaikan harga BBM akan menaikkan biaya produksi, memaksa perusahaan memangkas tenaga kerja. 

Tingkat pengangguran di Jawa Barat berisiko melonjak. Kenaikan harga pangan juga akan memperburuk daya beli masyarakat, terutama di kalangan menengah ke bawah.

Data Dinas Pertanian Jawa Barat menunjukkan stok beras hanya aman hingga akhir 2025 jika tidak ada gangguan distribusi.

Krisis energi bisa mengganggu logistik pangan, memicu kelangkaan dan harga yang tak terkendali.

Pemerintah harus sigap. Pertama, amankan stok pangan nasional dengan percepatan distribusi ke semua wilayah. 

Kedua, alokasikan anggaran untuk subsidi BBM dan pangan guna menahan inflasi. 

Ketiga, siapkan program perlindungan sosial dan bantuan tunai untuk pekerja yang terkena PHK. 

Wahyu Hidayat menegaskan, “Jangan tunggu krisis melanda. Pemerintah pusat dan daerah harus bersinergi untuk melindungi rakyat dari dampak perang ini.”

Meski Sekretaris Energi AS di CNBC menyatakan bahwa penutupan Selat Hormuz akan “merugikan Iran sendiri” karena menghambat ekspor minyaknya, ancaman Iran tetap nyata. Iran memiliki ribuan ranjau laut dan rudal yang bisa mengganggu navigasi di selat. 

AS mungkin akan mengerahkan angkatan lautnya untuk menjaga selat tetap terbuka, seperti pada Perang Tanker 1980-an, tetapi eskalasi militer hanya akan memperpanjang ketidakpastian.

Masyarakat Jawa Barat harus proaktif. Komunitas harus bersatu, mulai dari desa hingga kota, untuk memastikan ketahanan pangan dan pertahanan ekonomi. Krisis ini adalah panggilan untuk solidaritas dan kesiapsiagaan. 

Jika pemerintah dan rakyat tidak mengantisipasi dari sekarang, Jawa Barat bisa saja terpuruk dalam krisis ekonomi dan sosial yang belum pernah terjadi sebelumnya.

(Why) 
×
Berita Terbaru Update