Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Gencatan Senjata Trump, Propaganda atau Kekalahan Zionis?

24 Juni 2025 | 16:54 WIB | 0 Views Last Updated 2025-06-24T09:54:27Z
Sumber Foto: Facebook @Bravador

Solidaritas.Online - Pengumuman gencatan senjata oleh Donald Trump pada 23 Juni 2025, yang disebutnya sebagai akhir "Perang 12 Hari" antara Israel dan Iran, memicu kontroversi global. 

Trump mengklaim kesepakatan ini, yang dimediasi melalui panggilan telepon dengan PM Israel Benjamin Netanyahu dan Emir Qatar, akan menghentikan konflik yang dimulai oleh serangan Israel ke fasilitas nuklir Iran pada 13 Juni. 

Namun, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi dengan tegas membantah adanya kesepakatan, menegaskan bahwa Iran akan terus melawan hingga Israel menghentikan agresinya. Pernyataan ini memperlihatkan bahwa gencatan senjata hanyalah narasi sepihak dari Trump, bukan realitas di lapangan. 

Yom-Tov Samia, jenderal cadangan Israel, mengakui bahwa Iran memegang kendali atas waktu gencatan senjata. 

Dalam wawancara dengan Al Mayadeen, ia menyatakan, "Tidak ada kepastian bahwa program nuklir Iran benar-benar telah dihancurkan," dan menambahkan bahwa Israel hanya "membeli ketenangan selama beberapa tahun dengan harga mahal." 

Ini mengindikasikan bahwa serangan Israel ke fasilitas nuklir Iran, termasuk Fordo, Natanz, dan Esfahan, gagal mencapai tujuan strategis. 

Alih-alih melemahkan Iran, Israel justru menghadapi perlawanan sengit, termasuk serangan rudal balasan Iran ke pangkalan AS Al Udeid di Qatar, yang meski disebut Trump sebagai "respons lemah," berhasil mengguncang persepsi dominasi AS di kawasan. 

Di Gaza, krisis kemanusiaan semakin memburuk. Menurut Kantor Media Pemerintah Gaza, "perangkap maut" berkedok bantuan kemanusiaan oleh Israel dan AS telah menewaskan 450 orang, melukai 3.466, dan menyebabkan 39 orang hilang. 

Total korban perang di Gaza kini melebihi 56.000 jiwa, dengan 43 orang tewas dalam sehari akibat serangan Israel ke tenda pengungsi dan pusat distribusi makanan. 

Wahyu Hidayat dari Spirit Binokasih menilai bahwa gencatan senjata ini tidak mencerminkan perdamaian sejati, melainkan upaya AS dan Israel untuk menutupi kegagalan mereka di tengah penderitaan rakyat Palestina. 

Syarat gencatan senjata dari Iran—penarikan pasukan Israel dari Gaza, pencabutan blokade, dan rekonstruksi Gaza—dianggap "berat dan tidak masuk akal" oleh pihak Zionis. Syarat ini, ditambah dengan penyelesaian isu dengan AS, mengancam kelangsungan politik Netanyahu dan posisi Israel sebagai kekuatan regional. 

Negosiasi di Doha, yang kini terungkap, menunjukkan bahwa Iran berhasil memaksa AS dan Israel untuk berunding setelah serangan ke pangkalan Al Udeid. Ini bukanlah tanda kelemahan, melainkan strategi cerdas Iran untuk mengubah dinamika konflik. 

Gencatan senjata Israel-Iran adalah langkah sementara yang memberikan jeda dari eskalasi besar, tetapi tidak menjamin perdamaian jangka panjang. Ketegangan dengan Iran dan konflik berlanjut di Gaza menunjukkan bahwa stabilitas regional masih rapuh. 

Syarat-syarat Iran untuk Gaza sulit diterima Israel, dan tanpa tekanan internasional yang kuat, krisis kemanusiaan di Gaza akan terus berlanjut.

Gencatan senjata telah menstabilkan pasar minyak dan saham global dalam jangka pendek, tetapi risiko eskalasi tetap mengintai. Iran menghadapi tantangan ekonomi besar akibat sanksi dan kerusakan infrastruktur, sementara Israel dapat memulai pemulihan tetapi terbebani biaya perang. 

Gaza tetap dalam krisis ekonomi total, dengan prospek pemulihan yang sangat suram tanpa perubahan signifikan 

Media Israel kini melancarkan perang propaganda, menyoroti serangan di Teheran untuk mengalihkan perhatian dari kegagalan mereka. 

Namun, tujuan awal Netanyahu menggulingkan Republik Islam dan menghancurkan program nuklir Iran—hanya berujung pada kerusakan terbatas dan korban sipil. 

Gencatan senjata ini lebih merupakan kekalahan strategis bagi Israel dan AS, yang gagal mewujudkan rencana besar mereka setelah satu dekade persiapan. Iran, di sisi lain, menunjukkan ketangguhan dan kemampuan untuk mengubah narasi perang. 


(Why) 
.
×
Berita Terbaru Update