![]() |
Foto: Tangkap layar akun Instagram @ckpinfo |
Solidaritas.Online - Masliha binti Jamnjuri, seorang Tenaga Kerja Wanita (TKW) asal Dusun Jungklang, Desa Jayamukti, Kecamatan Banyusari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, mengalami nasib tragis setelah diberangkatkan ke Riyadh, Arab Saudi. Di lansir dari akun instagram @ckpinfo (21/06/25).
Ia dikabarkan disekap oleh majikannya selama 18 tahun tanpa menerima gaji dan tanpa bisa menjalin komunikasi dengan keluarganya.
Masliha berangkat ke Arab Saudi pada tahun 2007 melalui PT Sapta Rezeki, perusahaan yang beralamat di Jalan Kalibata Raya, Jakarta Timur. Saat itu, usianya baru menginjak 18 tahun.
Namun, diduga kuat perusahaan penyalur memalsukan dokumen kependudukan dan menaikkan usia Masliha menjadi 25 tahun agar bisa dikirim ke luar negeri.
Komunikasi terakhir antara Masliha dan keluarganya terjadi pada Desember 2004. Setelah itu, ia menghilang tanpa jejak. Saat keluarga mendatangi kantor PT Sapta Rezeki untuk mencari kejelasan, mereka justru mendapat informasi menyesatkan. Pihak perusahaan menyatakan bahwa Masliha telah meninggal dunia, bahkan menunjukkan pakaian milik Masliha sebagai bukti.
“Kami sempat percaya Masliha sudah tidak ada, tapi hati ini terus menolak. Dan benar saja, akhir 2024 kami mendapat kabar langsung dari Masliha bahwa ia masih hidup,” ungkap Rohyad, paman korban.
Kabar dari Masliha mengungkapkan kenyataan memilukan: ia selama ini dikurung di rumah majikannya, Naser Al Gahtani, di Riyadh, tanpa gaji dan tanpa akses komunikasi dengan dunia luar.
Berbagai langkah telah diambil pihak keluarga untuk memperjuangkan nasib Masliha. Mereka telah melapor ke Kementerian Luar Negeri, Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Ketenagakerjaan, Komisi IX DPR RI, hingga P2MI, namun semua belum membuahkan hasil.
Di tengah perjuangan itu, duka mendalam menyelimuti keluarga. Pada 18 Mei 2025, ayah Masliha meninggal dunia tanpa sempat bertemu kembali dengan anaknya.
“Kami akan terus berjuang agar Masliha bisa segera pulang. Tidak boleh ada lagi kejadian seperti ini menimpa anak bangsa," tegas Sulaiman, relawan yang kini turut mengawal kasus ini.
(Iqbal)