Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

 


Indeks Berita

Kancut: Celana Dalam dan Budaya Populer di Indonesia

02 Juni 2025 | 23:35 WIB | 0 Views Last Updated 2025-06-04T12:24:31Z
(Foto: Ilustrasi/AI) 



Solidaritas.Online - Dalam keseharian masyarakat Jawa dan Sunda, istilah "kancut" digunakan untuk menyebut celana dalam, terutama milik laki-laki.

Meskipun merupakan barang pribadi dan bersifat intim, kancut sering muncul dalam percakapan santai, lelucon, bahkan dalam pertunjukan komedi tradisional seperti wayang orang atau ketoprak.

Asal Usul dan Penggunaan Istilah

Kata "kancut" tidak tercantum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia karena termasuk dalam kategori bahasa daerah, namun penggunaannya sangat lazim di lingkungan Jawa dan Sunda. 

Dalam konteks Jawa klasik, kancut bisa merujuk juga pada kain yang dililitkan sebagai penutup bagian bawah tubuh, terutama pada masa lalu.

Di era modern, makna kancut lebih sempit: celana dalam pria, biasanya terbuat dari bahan katun atau sejenisnya. Meski fungsinya sederhana — melindungi dan menjaga kebersihan tubuh — kancut punya posisi penting dalam kebudayaan keseharian.

Kancut dalam Lelucon dan Ungkapan

Kata ini juga sering digunakan dalam berbagai ungkapan humoris. Misalnya:

"Wong kancute wae ilang kok iso tenang!" (Orang yang kancutnya hilang kok bisa tetap tenang!) — sindiran untuk orang yang cuek dalam situasi genting.

Dalam komedi, menyebut "kancut" bisa memicu tawa karena kesan vulgar nan jenaka yang dikandungnya.


Simbolisme dan Perubahan Zaman

Menariknya, dalam beberapa karya seni dan budaya populer, kancut dijadikan simbol kesederhanaan, kemiskinan, atau kejujuran. 

Misalnya, tokoh dalam cerita rakyat atau drama bisa digambarkan hanya memakai kancut sebagai bentuk kejujuran hidup yang "telanjang" dari kemunafikan.

Namun, di masyarakat modern, pembicaraan soal kancut mulai dianggap tabu, apalagi di ruang publik formal. Ini menunjukkan adanya pergeseran norma dan sensitivitas bahasa.

Kancut mungkin hanya sehelai kain kecil, tetapi ia punya tempat yang unik dalam budaya lisan dan humor masyarakat Jawa dan Sunda.

Sebagai bagian dari identitas lokal, kancut membuktikan bahwa bahkan benda sehari-hari pun bisa punya makna sosial dan budaya yang menarik untuk dikaji.***


(Daenk) 
×
Berita Terbaru Update