![]() | |
Larangan pendaki pemula naik Gunung Rinjani ramai disuarakan usai insiden pendaki Brasil tewas. Kepala TNGR sambut baik wacana ini dan bahas SOP baru.(foto: di Puncak Gunung Rinjani). |
Solidaritas.Online - Desakan agar pendaki pemula dilarang naik ke puncak Gunung Rinjani mencuat di media sosial usai insiden tragis menimpa wisatawan asal Brasil, Juliana Marins, yang meninggal dunia karena terjatuh saat mendaki.
Menyikapi hal itu, Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR), Yarman, menyatakan mendukung wacana tersebut. Namun, ia menekankan pentingnya kajian dan evaluasi terhadap prosedur operasional standar (SOP) sebelum diterapkan secara resmi.
"Nanti kami lihat bagaimana SOP-nya dan perlu didiskusikan juga. Intinya saya sambut baik karena Rinjani ini bukan untuk wisata saja," ujar Yarman di Mataram, NTB.
Yarman menilai bahwa pendakian Gunung Rinjani membutuhkan kesiapan fisik, mental, dan pemahaman medan. Menurutnya, pendaki juga wajib memiliki pengetahuan dasar tentang pertolongan pertama jika terjadi kecelakaan di jalur pendakian.
Sebagai langkah preventif, Balai TNGR berencana membekali pendaki dengan gelang radio frekuensi identifikasi (RFID). Teknologi ini akan memudahkan proses identifikasi dan pelacakan pendaki selama berada di kawasan gunung.
"Ini sedang kami bahas," imbuh Yarman. Ia juga menambahkan bahwa salah satu indikator untuk menilai apakah seseorang pemula atau bukan adalah dengan melihat riwayat pendakian gunung lain yang pernah dilakukan.
Gunung Rinjani yang menjulang di Nusa Tenggara Barat (NTB) memang menjadi destinasi favorit para pendaki, namun bukan tanpa risiko. Oleh sebab itu, edukasi, sistem keamanan, dan kebijakan pendakian menjadi hal penting yang harus diperkuat.