Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Menembus Batas Kampus Mahasiswa Universitas Bina Bangsa Kelompok 81 Siap Belajar dan Mengabdi Bersama Warga Pulo Panjang

11 Juli 2025 | 15:45 WIB | 0 Views Last Updated 2025-07-11T08:46:27Z
Mahasiswa Universitas Bina Bangsa Kelompok 81 resmi diterjunkan ke Desa Pulo Panjang dalam program KKM selama 40 hari. Mereka hadir bukan hanya untuk mengabdi, tetapi juga belajar dari masyarakat, membangun kolaborasi, dan menciptakan perubahan dari akar rumput. (Dok: Pribadi) 

Solidaritas.Online - Semangat membangun dari pinggiran kembali digaungkan oleh mahasiswa Universitas Bina Bangsa (Uniba). Melalui program Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM). 

puluhan mahasiswa dari Kelompok 81 resmi diterjunkan ke Desa Pulo Panjang, Kecamatan Pulo Ampel, Kabupaten Serang, untuk menjalani pengabdian selama 40 hari ke depan.

Dalam acara serah terima yang berlangsung pada Kamis (10/7), para mahasiswa disambut hangat oleh pemerintah desa dan masyarakat setempat. 

Penyerahan dilakukan secara simbolis oleh Dosen Pembimbing Lapangan, Ade Rahayu Prihartini, SST., M.Kes., bersama perwakilan desa, Ratu Bulkis.

Program ini menjadi ruang bertemunya dua dunia: kampus dan desa. Bukan untuk menampilkan superioritas pengetahuan, melainkan membuka ruang dialog, kolaborasi, dan pertumbuhan bersama.

“KKM ini tidak hanya fokus pada pendidikan dan kesehatan, tetapi juga mencakup ekonomi lokal, budaya, tata kelola desa, teknologi informasi, hingga penyadaran hukum. Semua dilakukan sebagai bentuk kontribusi konkret mahasiswa bagi desa,” ujar Ade dalam sambutannya.

Sebagai pengampu pembinaan lapangan, Ade menekankan bahwa keberhasilan program sangat bergantung pada kepercayaan, keterbukaan, dan partisipasi aktif dari masyarakat. 

Ia mengajak mahasiswa untuk belajar merendah, memahami ritme desa, serta hadir bukan sebagai pelaku tunggal, melainkan sebagai bagian dari komunitas.
Perwakilan desa, Ratu Bulkis, menyambut penuh optimisme kehadiran para mahasiswa. 

Ia menyatakan bahwa kehadiran mereka seharusnya tidak menjadi agenda seremonial semata, tapi menjadi pintu masuk menuju hubungan jangka panjang yang transformatif.

“Kami harap ini bukan proyek singkat yang berhenti di hari ke-40. Mari jadikan ini awal dari keterlibatan mahasiswa dalam kehidupan nyata masyarakat, dalam membangun dan menyelesaikan persoalan bersama,” tegasnya.

Ia juga menekankan pentingnya mendengarkan suara warga: menjadikan masyarakat sebagai subjek perubahan, bukan objek kegiatan.

Di mata mahasiswa, KKM bukan hanya soal laporan kegiatan. Ini tentang turun langsung, menyentuh denyut kehidupan warga, dan menjadi bagian dari upaya kecil namun berarti. 

Mulai dari membantu belajar anak-anak, memberi penyuluhan kesehatan, hingga mendokumentasikan kearifan lokal — semuanya menjadi bentuk pengabdian yang tak selalu tampak gemerlap, namun memiliki nilai kemanusiaan tinggi.

Mereka menyadari bahwa perubahan tak selalu hadir dalam bentuk bangunan fisik atau angka statistik. 

Terkadang, ia hadir dalam bentuk diskusi hangat di bale-bale bambu, tawa anak-anak di kelas informal, atau pelatihan kecil yang menggugah semangat wirausaha warga.
Masyarakat Desa Pulo Panjang pun menyimpan harapan besar. 

Mereka tidak ingin sekadar “dilayani” oleh mahasiswa, melainkan ingin dilibatkan, didengarkan, dan dihormati sebagai pemilik wilayah yang memiliki kebijaksanaan lokal.

Harapan ini sejalan dengan semangat solidaritas progresif yang ditanamkan dalam program ini: 

bahwa desa bukan tempat uji coba, melainkan ruang hidup yang bernilai — dan mahasiswa bukan pembawa solusi instan, melainkan teman seperjalanan dalam proses panjang pemberdayaan.

Acara penyerahan ditutup dengan foto bersama dan doa bersama. Namun lebih dari itu, momen ini menandai awal dari perjalanan sosial yang tidak hanya mencetak lulusan akademik. 

Tapi juga manusia yang lebih utuh, yang mau melihat dunia dari mata masyarakat desa.
Di Desa Pulo Panjang, Kelompok 81 Universitas Bina Bangsa tidak hanya datang membawa program kerja. 

Mereka hadir membawa niat untuk bekerja dari hati dan membuktikan bahwa solidaritas bisa tumbuh di tempat-tempat yang sering luput dari sorotan.

(Asathinuz) 
×
Berita Terbaru Update