![]() |
Program Studi Psikologi Universitas Bina Bangsa Bersama HIMPSI/Solidaritas.Online |
Solidaritas.Online - Program Studi Psikologi Universitas Bina Bangsa kembali menunjukkan komitmennya dalam pengembangan jejaring dan kontribusi nyata di bidang kesehatan mental.
Melalui kerja sama yang terjalin dengan Ikatan Psikolog Klinis (IPK) HIMPSI Banten, Prodi Psikologi turut ambil bagian dalam menyukseskan perayaan Hari Ulang Tahun ke-2 IPK HIMPSI Banten yang diselenggarakan di Universitas Katolik Atma Jaya, Tangerang, Sabtu 28 juni 2025.
Kegiatan ini mengusung tema “Membangun Kesehatan Mental yang Berkelanjutan di Era Digital” dan menjadi momen penting dalam mendorong kolaborasi lintas institusi, sekaligus meningkatkan kesadaran publik terhadap pentingnya layanan psikologi yang terjangkau dan berkelanjutan.
Ketua Prodi Psikologi Universitas Bina Bangsa menyampaikan apresiasi atas sinergi yang terjalin, serta menyatakan bahwa partisipasi ini merupakan langkah konkret dalam membekali mahasiswa dan civitas akademika dengan pengalaman lapangan yang berdampak langsung kepada masyarakat.
“Kami melihat kegiatan ini sebagai ruang belajar dan ruang aksi sekaligus. Mahasiswa kami tidak hanya hadir sebagai pengamat, tetapi juga menjadi bagian dalam acara” ujarnya.
Perayaan ulang tahun IPK HIMPSI Banten tahun ini menonjolkan nilai kebermanfaatan dan pelayanan langsung kepada masyarakat. Tidak hanya seremoni, kegiatan ini menghadirkan sesi mindfulness, layanan konseling psikologi gratis, serta pemeriksaan kesehatan fisik yang terbuka bagi umum.
Salah satu pengurus IPK HIMPSI Banten menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk komitmen organisasi untuk hadir di tengah masyarakat dan mendorong perubahan paradigma bahwa kesehatan mental adalah kebutuhan, bukan sekadar pilihan.
“Acara ini adalah bentuk nyata dari semangat pelayanan kami. Kesehatan mental harus diperlakukan sama pentingnya dengan kesehatan fisik,” ujarnya.
Kegiatan ini juga dihadiri oleh berbagai unsur, mulai dari Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang, Kepala Bidang DP3AP2KB Kota Tangerang Selatan, perwakilan Biropolda Banten, UPTD Puskesmas Pamulang, hingga sejumlah perguruan tinggi di Banten.
Lebih dari 100 orang tercatat hadir, dengan 36 peserta mengikuti konseling psikologi secara gratis.
Proses dilakukan melalui tahapan awal berupa pengisian formulir keluhan dan screening menggunakan SRQ-20 (Self Reporting Questionnaire), sebuah alat ukur psikologi untuk mendeteksi gangguan emosional seperti depresi, gangguan afektif, hingga kecanduan.
“Setelah hasil screening diperoleh, psikolog akan menganalisis terlebih dahulu sebelum sesi konseling dimulai. Ini membuat pendekatannya tetap ilmiah dan tepat sasaran,” jelas panitia.
Kehadiran Prodi Psikologi Universitas Bina Bangsa turut memperkaya semangat akademik dalam kegiatan ini. Selain mempererat relasi dengan IPK HIMPSI Banten, keterlibatan ini juga membuka peluang kolaborasi program, penelitian, serta pelatihan lanjutan untuk mahasiswa.
Sebagai organisasi nirlaba, IPK HIMPSI Banten menghadapi tantangan klasik dalam penyelenggaraan kegiatan, terutama dari sisi pendanaan dan koordinasi waktu para profesional.
Meski demikian, acara tetap terlaksana dengan baik berkat semangat swadaya, di mana sebagian dana diperoleh dari hasil penjualan merchandise bertema psikologi serta kegiatan webinar berbayar.
“Kami tidak bergantung pada sponsor besar. Gotong royong dan solidaritas antaranggota adalah kekuatan utama kami,” tutur salah satu koordinator kegiatan.
Keterlibatan banyak pihak termasuk dari Prodi Psikologi Universitas Bina Bangsa menjadi simbol bahwa pengembangan kesehatan mental adalah tugas kolektif.
Dalam usia yang baru dua tahun, IPK HIMPSI Banten berharap dapat terus menjadi garda terdepan dalam menjaga stabilitas psikologis individu dan komunitas, di tengah derasnya tantangan zaman digital.
“Harapan kami sederhana tapi tegas: IPK HIMPSI Banten menjadi organisasi yang semakin solid, profesional, dan berdampak langsung bagi masyarakat Banten dan Indonesia secara luas,” tutup pengurus.
Melalui momentum ini, kerja sama antara institusi pendidikan tinggi dan organisasi profesi psikologi tampak bukan hanya formalitas, melainkan kerja nyata yang menjangkau ruang sosial yang lebih luas.
Psikologi tak lagi sebatas ruang kuliah, tapi telah menjelma menjadi ruang aksi sosial yang menyentuh akar-akar kebutuhan masyarakat.
(Adil)