Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Indonesia Tercatat Paling Banyak Libur Nasional di Asia Tenggara, Ini Daftarnya

02 Juni 2025 | 14:24 WIB | 0 Views Last Updated 2025-06-02T07:24:46Z
Indonesia Jadi Juara Libur Nasional Terbanyak di ASEAN Tahun 2025 (Foto; TMII)

Solidaritas.online - Indonesia kembali menorehkan prestasi unik di kawasan Asia Tenggara: menjadi negara dengan jumlah hari libur nasional terbanyak pada tahun 2025. Berdasarkan data yang dirilis oleh GoodStats dan bersumber dari ASEAN, Indonesia tercatat memiliki total 27 hari libur nasional, termasuk cuti bersama. Jumlah ini menempatkan Indonesia di posisi pertama di antara negara-negara ASEAN lainnya dalam hal frekuensi hari libur nasional.

Di posisi kedua, terdapat dua negara yang memiliki jumlah hari libur sama, yaitu Kamboja dan Thailand, masing-masing dengan 22 hari libur nasional. Filipina menempati urutan keempat dengan 19 hari libur, diikuti oleh Vietnam dengan 18 hari. Sementara itu, Malaysia dan Myanmar berbagi posisi keenam dengan masing-masing 17 hari libur nasional.

Brunei Darussalam menempati posisi kedelapan dengan 15 hari libur nasional, sedangkan Singapura hanya memiliki 11 hari, menjadikannya negara dengan hari libur nasional paling sedikit kedua di kawasan ini. Yang paling minim liburnya adalah Laos, dengan hanya 7 hari libur nasional yang tercatat sepanjang tahun 2025.

Fenomena ini bukan sekadar angka. Di Indonesia, hari libur nasional meliputi beragam peringatan mulai dari hari besar keagamaan semua agama yang diakui secara resmi, hari besar nasional seperti Hari Kemerdekaan, hingga hari-hari peringatan internasional tertentu yang dijadikan hari libur. Selain itu, tradisi cuti bersama juga turut menambah panjang daftar hari libur, menjadikan jumlah keseluruhan lebih tinggi dibandingkan negara lain.

Banyaknya hari libur di Indonesia memicu beragam tanggapan. Di satu sisi, hal ini dianggap memberi ruang untuk peningkatan kualitas hidup dan waktu bersama keluarga. Namun di sisi lain, sebagian pihak mempertanyakan dampaknya terhadap produktivitas nasional dan efisiensi kerja, terutama di sektor industri dan jasa. Meski demikian, sektor pariwisata, UMKM, dan transportasi justru meraup keuntungan dari tingginya frekuensi libur, dengan meningkatnya mobilitas dan konsumsi masyarakat.

Bandingkan dengan Singapura, misalnya, yang dikenal dengan produktivitas tinggi dan jumlah hari libur yang relatif sedikit. Strategi negara-negara ASEAN dalam menetapkan hari libur nasional mencerminkan nilai-nilai budaya, sejarah, hingga kebijakan sosial ekonomi yang berbeda. Dalam konteks Indonesia, keberagaman budaya dan agama menjadi alasan utama mengapa jumlah hari libur begitu tinggi.

Pertanyaannya kini: apakah jumlah hari libur yang tinggi akan terus menjadi ciri khas Indonesia di tahun-tahun mendatang? Ataukah akan ada revisi kebijakan ke depan demi menyeimbangkan antara hak istirahat masyarakat dan efisiensi pembangunan ekonomi nasional?

Yang jelas, tahun 2025 akan menjadi tahun penuh momen istimewa bagi masyarakat Indonesia — dan kalender pun dipenuhi dengan warna merah.***(red)
×
Berita Terbaru Update