Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Anak Indonesia, Cahaya Masa Depan – Saatnya Berjuang untuk Mereka

23 Juli 2025 | 20:13 WIB | 0 Views Last Updated 2025-07-23T13:13:34Z
Peringatan Hari Anak Nasional 2025 mengusung tema “Anak Hebat, Indonesia Kuat Menuju Indonesia Emas 2045.” Artikel ini menyoroti realita anak-anak Indonesia yang masih menghadapi kemiskinan, putus sekolah, dan kekerasan, serta solusi kolaboratif yang dibutuhkan untuk menjamin masa depan mereka.

Solidaritas.Online - Hari Anak Nasional 2025 mengguncang kesadaran kita dengan tema “Anak Hebat, Indonesia Kuat Menuju Indonesia Emas 2045.” Tagline “Anak Indonesia Bersaudara” mengingatkan bahwa setiap anak, dari Sabang sampai Merauke, adalah aset berharga bangsa. 

Wahyu Hidayat dari Spirit Binokasih menegaskan, “Anak-anak kita adalah masa depan Indonesia. Mereka harus mendapatkan Indonesia yang unggul, bermartabat, dan sejahtera.” 

Ini bukan sekadar harapan, tetapi tanggung jawab yang menuntut kita bergerak sekarang juga. Anak-anak bukan hanya penerus, mereka adalah pelita yang akan menerangi jalan menuju Indonesia Emas.

Namun, realitas di lapangan masih jauh dari harapan. Berdasarkan data KemenPPPA, lebih dari 30% anak Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan, dan jutaan anak putus sekolah karena faktor ekonomi. 

Kekerasan terhadap anak juga masih merajalela—dari perundungan di sekolah hingga eksploitasi tenaga kerja anak. Ini adalah luka nyata yang menghambat anak-anak kita menjadi “hebat.” Jika kita diam, kita sama saja memadamkan cahaya masa depan bangsa. 

Filosofi Spirit Binokasih mengajak kita untuk tidak hanya bermimpi, tetapi bertindak demi keunggulan, martabat, dan kesejahteraan generasi muda.

Masih ada anak-anak yang berjalan puluhan kilometer setiap hari demi sekolah, atau anak di perkotaan yang terjebak dalam lingkaran kekerasan digital. Mereka adalah pahlawan kecil yang berjuang dalam keterbatasan. 

Tapi, apakah kita sebagai bangsa sudah memberikan yang terbaik untuk mereka? Data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa angka putus sekolah di tingkat SMP masih mencapai 2,5% pada 2024, dan akses terhadap layanan kesehatan anak masih terbatas di daerah terpencil. Ini adalah tantangan yang harus kita jawab bersama.

Solusinya? Pertama, pemerintah dan swasta harus berkolaborasi untuk memastikan akses pendidikan yang merata. Beasiswa dan infrastruktur sekolah harus menjangkau pelosok negeri. 

Kedua, kita perlu kampanye masif melawan kekerasan dan perkawinan anak. Hukum harus ditegakkan, dan masyarakat harus diedukasi tentang pentingnya melindungi anak. Ketiga, kesehatan fisik dan mental anak harus menjadi prioritas. 

Program seperti posyandu dan konseling di sekolah harus diperluas. UNICEF menegaskan bahwa anak yang merasa didengar dan dihargai cenderung tumbuh lebih percaya diri dan empatik—modal utama untuk masa depan bangsa.

Hari Anak Nasional 2025 adalah seruan untuk bangkit. Kita tidak bisa lagi menunda. Setiap anak berhak atas masa kecil yang bahagia, pendidikan yang layak, dan lingkungan yang aman. 

Seperti yang dikatakan Wahyu Hidayat, anak-anak adalah masa depan. Jika kita ingin Indonesia yang unggul dan bermartabat, mulailah dari mereka. 

Mari kita satukan langkah, dari keluarga hingga komunitas, dari desa hingga kota, untuk menjadikan anak-anak Indonesia sebagai pilar kekuatan bangsa.

(Why) 
×
Berita Terbaru Update